NABILA ADIK SEKSI KAWANKU




Aqu
punya seorang kawan baik. Dia punya 2 orang adik perempuan. Yg paling kecil berusia 22 tahun. Namanya Nabila, tingginya sekitar 170 cm, dgn tubuh yg langsing, sepasang kaki yg panjang, dan dada yg tak terlalu besar. Wajahnya bagaikan bidadari dalam mimpi semua lelaki. Aqu tak menyangkadia akan menjadi secantik ini.
Suatu hari aqu ke rumah kawanku utk berangkat ke kantor bersama. Ketika itu aqu melihat Nabila
sedang sarapan di ruang makan sendirian.

“Hi..” sapaqu.
“Ko Adi sedang mandi, mungkin sebentar lagi selesai.” Katanya.
Kemudian dia bangkit dan merapikan piring dan sendoknya dan langsung pamit untuk pergi ke
kampus.

Ketika Nabila berdiri, aqu bisa melihat seluruh tubuhnya. Dia memakai baju kemeja putih lengan pendek, rok coklat selutut, kemudian kemaluan ku rasanya ingin meletus waktu itu juga.
Tak kusangka dia memakai pantyhose berbahan transparan (ultra sheer)
ditambah lagi sepatu talinya yg berwarna hitam membuat kakinya lebih indah dan seksi sekali. Terjadi peperangan batin yg sangat hebat di dalam diriku.

Di satu pihak, hasrat kemaluanku yg sangat berkobar-kobar untuk bercinta
dgn kakinya kemudian menyetubuhinya berkali-kali.
Di pihak lain, otakku mengatakan itu tak baik,dan tak mungkin aqu melaqukannya di waktu ini. Sayg dia telah punya kekasih kalo tak, pasti akan kujadikan miliku.
Ketika Nabila telah menghilang dari belakang pintu, dgn cepat aqu naik ke lantai 2 dan mencoba
untuk memasuki kamarnya.

Beruntung sekali karena tak dikunci. Aqu segera menghampiri lemari
pakaiannya dan mencari harta karun fantasi sex-ku.
Tetapi aqu mengalami kekecewaan karena dia
cuma punya 3 pasang pantyhose, sehingga aqu tak mungkin mengambilnya.
Untuk mengobati kekecewaanku, aqu mencari keranjang cucian yg ada di kamar mandinya.
Aqu cari celana dalamnya.
Aqu menemukannya di antara pakaian tidurnya.

Dgn cepat aqu mengambil celana dalamnya yg
terbuat dari bahan satin yg halus dan menempelkannya di hidung dan menarik nafas dalam-dalam.
Pikiranku langsung melayg dan kemaluanku semakin mengeras dan panjang.
Celana dalamnya masih menyimpan aroma yg khas dari kemaluan seorang wanita. Tapi aqu buru-buru menyimpannya ke dalam kantong celanaqu dan meninggalkan kamarnya. Aqu kembali ke lantai 1 dan masuk ke kamar mandi.

Aqu buka resleting celanaqu dan membebaskan kemaluanku dari
kurungan celana dalamku dan segera aqu balutkan celana dalam Nabila ke batang kemaluanku dan
langsung masturbasi sambil membaygkan bercinta dgn seorang bidadari perawan yg cantik yg
mengenakan pantyhose dgn sepatu tali yg seksi.

Kubaygkan kemaluanku masuk dan keluar, memompa kemaluannya dgn cepat dan keras. Cuma
dalam hitungan beberapa detik kemudian, aqu mengalami ejaqulasi yg hebat. Dgn sisa-sisa tenaga
aqu arahkan kemaluanku ke jambannya, dan 3 semprotan panjang mengawali puncak orgasme ku
dan diakhiri dgn beberapa tetes air maniqu. Nafasku memburu dan berkeringat.

“Indra! Kamu lagi di WC ya?” terdengar teriakan dari Adi.
“Iya, bentar, gue lagi kencing nih.”
Dgn cepat aqu keluarkan tissueku dan membersihkan kepala kemaluanku yg tersayg, kemudian ku
tarik flush yg ada di jamban dan hilanglah bukti dari hasrat ku yg membara. Ku simpan kembali harta
karun ku dan keluar dari WC dan bertingkah seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Sepanjang hari aqu selalu teringat akan Nabila, setiap kali aqu ke WC aqu selalu mengeluarkan
celana dalam Nabila dan menghirupnya dalam-dalam. Ternyata aroma wangi dari kemaluan Nabila
sangat memikat dan merangsang. Malamnya aqu kembali bermasturbasi sambil membaygkan
Nabila, adik dari kawan baikku yg sekarang menjadi objek fantasi sexual-ku.

Tak kusangka keberuntungan berpihak kepadaqu. Tak lama kemudian Adi keluar dari kantor karena
mendapatkan tawaran yg lebih bagus. Nabila, bidadariku, yg mengambil alih pekerjaannya. Indahnya
lagi, Adi memintaqu untuk mengantarnya pulang karena tak ada yg menjemput.
Hari pertama Nabila masuk kerja merupakan surga dan neraka bagiku.


Nabila mengenakan terusan dgn model smart suit setinggi lutut yg berwarna coklat pastel muda dan ultra sheer pantyhose dan sepatu tali putih dgn hak sedang.
Aqu selalu mencari cara dan alasan untuk selalu berdekatan
dgnnya dan melahap kakinya yg menggiurkan dgn mataqu.

Hasrat Bersetubuh Dengan Tante Titik, Tetangga Sebelah Rumahku


Namaku Didi. Sekarang Aku berkerja di salah satu perusahaan multinasional di kota B dan tinggal di daerah J sejak tahun 1995. Cerita yang akan saya tuturkan di bawah ini adalah kisah nyata yang terjadi beberapa tahun yang silam. Dulu saya tinggal bersama kedua orang tuaku di sebuah kompleks kecil milik sebuah instansi pemerintah dan dihuni oleh beberapa keluarga saja di dalam satu pagar.

Tetangga yang paling dekat dengan kami adalah Om Yan dan Tante Titik yang mempunyai 2 orang anak laki-laki yang masih kecil-kecil, yang besar berumur 3 tahun dan yang kecil berumur 1 tahun. Pada saat saya kelas 3 SMA, Om Yan secara kebetulan ditugaskan oleh kantornya untuk belajar ke Jepang (terakhir saya baru tahu kalau Om Yan bertugas selama 1 tahun lebih).
Dan tinggallah Tante Titik dan 2 orang anaknya beserta 1 orang pembantunya.

Keadaan tersebut membuat saya berhasrat untuk selalu bertandang ke rumahnya dengan alasan ingin bermain dengan kedua anaknya. Alasan tersebut cukup kuat karena orang tua saya dan Tante Titik tidak pernah curiga sama sekali. Seringkali saya juga memergoki Tante Titik sedang berganti pakaian di kamar dengan tidak menutup pintunya, atau mandi dengan tidak menutup pintunya.

Sampai pada suatu ketika, saat saya sedang bertandang ke rumahnya dan hanya Tante Titik yang ada di rumah. Kedua anaknya dan pembantunya di-hijrah-kan ke daerah KD, sebelah timur kota BT karena Tante Titik sering berpergian. Dan kebetulan juga orang tua saya saat itu sedang ditugaskan ke luar daerah. Dengan ikutnya ibu dan kakak saya, yang berarti saya juga hanya tinggal sendiri di rumah.

Sekedar gambaran, Tante Titik itu mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm, mempunyai pinggul yang besar, buah pantat yang bulat, pinggang yang ramping, dan perut yang agak rata (ini dikarenakan senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara berkala), dengan didukung oleh buah dada yang besar dan bulat (belakangan saya baru tahu bahwa Tante Titik memakai Bra ukuran 36B untuk menutupinya).

Dengan wajah yang seksi menantang dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante Titik menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang. Hingga pada suatu sore, saat saya mendengar ada suara langkah kaki di luar, kemudian saya intip dari jendela dan ternyata Tante Titik baru pulang.
Tidak lama kemudian saya ingin ke kamar mandi (kamar mandinya terletak di luar masing-masing rumah dan ada beberapa tempat yang berjejer).

Di saat saya keluar dari kamar mandi, saya berpapasan dengannya. Dia memakai kimono tipis warna biru muda dengan handuk di pundak dan rambut yang diikat agak ke atas sehingga leher jenjangnya terlihat seksi sekali. Sedangkan saya hanya memakai celana pendek tanpa kaos (memang kalau di rumah, saya jarang memakai kaos/baju).

“Malem Tante”, saya sapa dia agar terlihat agak sopan.
“Malem Mas Dio… kok belum tidur…?” balasnya.
Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya.

“Mas Dio…” katanya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.

“Ya Tante…?” Jawab saya.

“Eeee… nggak jadi deh…” Jawabnya ragu-ragu.
“Ada yang bisa saya bantu, Tante…? Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.

“Eeee… nggak kok. Tante cuma mau nanya…” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.
“Mas Dio di rumah lagi ngapain sekarang…?” tanya dia.
“Lagi nonton. Emangnya kenapa Tante…?” saya tanya dia lagi.
“Lagi nonton apa sih…?” tanya dia agak menyelidik.
“Lagi nonton BF Tante”, kata saya yang tidak tahu dari mana tiba-tiba saya mendapat keberanian untuk bilang begitu.
“BF…? tanya dia agak kaget.
“Maksudnya Blue Film…?”
“Iya… emangnya ada apa sih Tante? Kalo tidak ada apa-apa saya mau nerusin nonton lagi nih…” kata saya dengan agak memaksa.

“Eeee… mau bantuin Tante nggak…? Soalnya Tante agak takut sendirian di rumah.

Kalau kamu mau sambil nonton juga boleh kok. Bawa aja filmnya ke rumah, Tante juga punya beberapa film seperti itu. Nanti Tante temenin nontonnya deh”, kata dia agak merajuk.
“Iya deh Tante, saya pilihin dulu yang bagus”,
kataku tanpa ba bi bu langsung setuju dengan ajakannya.

Pucuk di cinta ulam tiba, sesuatu yang sangat aku impikan sejak lama untuk bisa berdua dengan Tante Titik. Hari ini aku akan berdua dengannya sambil menonton Film Biru dengan harapan bisa melihat keindahan ragawi seorang wanita yang aku puja-puja dari dulu dan bahkan (mungkin) merasakan kenikmatannya juga.

Singkat kata saya langsung memilah-milah video yang bagus-bagus (Maklum, waktu itu masih jamannya Betamax, belum VCD). Kemudian saya masuk rumah Tante Titik lewat pintu dapurnya. Saya setel lebih dulu video yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante Titik masuk lewat pintu dapur juga dengan wangi tubuh yang segar, apalagi rambutnya juga kelihatan basah seperti habis keramas.

Birahi Seks Mama Winda, Mama Tiri ku


Namaku Kemal, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku menyelesiakan kuliah di fakultras kedokteran 3,5 tahun yang lalu, dilanjutkan dengan praktek asisten dokter (koas) selama setahun dan kemudian mengikuti ujian profesi dokter. Kini aku sudah resmi menyandang gelar dokter di depan namaku dan sebagai tahap terakhir, aku kini sedang mengikuti praktek di puskema
s di daerah terpencil sebagai bentuk pengabdian sebelum mendapatkan izin praktek umum.

Aku dibesarkan di kota kelahiranku sampai SMU dan kemudian menjutkan kuliah di Jogja. Keluargaku sebenarnya bukan keluarga broken home, namun karena ayahku yang berpoligami jadi aku agak jarang berinteraksi dengan ayahku, lebih banyak dengan ibuku dan 2 orang adikku.

Seperti kebanyakan orang sukses di kotaku, Ayah adalah seorang pengusaha warung makan yang lebih dikenal dengan sebutan Warteg. Sejak aku SMP, ayahku sudah punya 2 warteg di kota asalku, 4 di Jakarta dan 2 gerai di Jogja. Berbekal kesuksesan itulah Ayah yang dulu hanya beristrikan ibuku, mulai buka cabang di Jakarta dan
Jogja. Alasannya sederhana: butuh tempat singgah waktu memantau jalannya usaha. Pada awalnya, aku sebagai anak sulung, menjadi anaknya yang menentang poligami Ayah.

Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SMU dan Ayah pertama kalinya berpoligami dengan menikahi seorang gadis yang usianya hanya terpaut 10 tahun dariku. Namun justru ibuku yang mendamaikan perselisihanku dengan Ayah dengan alasan klasik yaitu Ayah sudah berjanji untuk tetap membiayai hidup kami dan sebagai jaminannya, 2 warteg di Tegal secara penuh menjadi milik Ibu.

Berbekal pendapatan dari usaha warteg itulah, aku bisa kuliah sampai menjadi dokter saat ini, dan tentu saja ibuku sangat bangga karena aku sebagai putra sulungnya berhasil mandiri dan menjadi contoh buat adik- adikku.
Lalu bagaimana dengan perselisihanku dengan Ayah? Wah, sejak Ibu sudah memaklumi Ayah, aku pun sudah tidak pernah mengungkitnya lagi. Hubunganku dengan Ayah, bahkan dengan dua isteri muda Ayah baik-baik saja. Bahkan Ayah menyempatkan diri hadir dalam wisudaku dulu.

Isteri kedua ayah, yang berarti ibu tiriku, bernama Nurlela, tinggal di sebuah perumahan di daerah Bintaro. Dari hasil pernikahan dengan Mama Lela (begitu Ayah menyuruhku memanggilnya), Ayah dikaruniai 2 orang
anak. Setelah 5 tahun menikah dengan Nurlela, Ayah kemudian “buka cabang” lagi di Jogja, kali ini dengan seorang janda beranak satu, bernama Windarti, yang kupanggil dengan Mama Winda, usianya bahkan hanya terpaut 6 tahun denganku.

Sebagai seorang lelaki, aku harus jujur untuk mengacungkan jempol buat Ayah dalam memilih isteri muda. Kedua “gendukan”-nya, meskipun tidak terlalu cantik, namun punya kemiripan dalam hal body, yaitu “toge pasar”. Rupanya selera ayah mengikuti tren selera pria masa kini yang cenderung mencari “susu” yang montok dan goyangan pantat yang bahenol.

Dari dua ibu tiriku itu, tentu saja aku lebih akrab dengan Mama Winda, karena selama aku kuliah di Jogja, setiap akhir bulan aku menyempatkan bermalam di rumahnya yang juga lebih sering ditinggali Ayah. Maklum Mama Winda adalah isteri termuda, meskipun berstatus janda.

Bagiku sebenarnya sangat canggung memanggil Winda dengan sebutan Mama, jauh lebih cocok kalau aku memanggilnya Mbak Winda, karena usianya memang hanya lebih tua 6 tahun dariku. Wajahnya manis selayaknya orang Jogja, dan yang membuatku betah bermalam di rumahnya adalah “toge pasar” yang menjadi keunggulannya.

Suatu saat, ketika aku masih kuliah. Seperti biasa, pada akhir pekan di minggu terakhir, aku membawa sepeda motorku dari kost menuju rumah Ayah dan Mama Winda. Rupanya saat itu Ayah sedang “dinas” ke Jakarta, mengunjungi Mama Nurlela, sehingga hanya ada Mama Winda dan anaknya dari suami pertamanya yang berusia 5 tahun bernama Yoga. Seperti biasa pula, aku membawakan cokelat buat adik tiriku itu.

Saat datang, aku disambut oleh Yoga, sementara ibunya ternyata sedang mandi. Karena belum tahu kalau aku datang, Mama Winda keluar kamar mandi dengan santainya hanya berbalut handuk yang hanya “aspel” – asal tempel. Melihat kehadiranku di ruang tengah, sontak Mama Winda kaget dan salah tingkah.

“Eh… ada Mas Kemal..”, serunya sedikit menjerit dan melakukan gerakan yang salah sehingga handuknya melorot hingga perut sehingga payudaranya yang sebesar pepaya tumpah keluar.
“Glek..”, aku menelan ludah dan menatap nanar pada ibu tiriku yang bertoket brutal itu. Sayang sekali pemandangan indah itu hanya berlangsung sebentar karena Mama Winda segera berlari ke kamar.

Dadaku berdegup kencang, birahiku langsung naik ke ubun-ubun. Ingin rasanya aku ikut berlari mengejar Mama Winda ke kamarnya, menubruknya dan meremas buah dada pepayanya. Sayang aku belum berani melakukannya.
Aku hanya bisa “manyun” sambil bermain dengan adik tiriku sampai akhirnya sang ibu tiri keluar kamar.

Tidak tangung-tanggung, dia membungkus tubuh montoknya yang baru saja kulihat toket brutalnya dengan pakaian muslim, lengkap dengan
jilbabnya. Mama Winda sehari-harinya memang mengenakan jilbab. Birahiku langsung “watering down”… layu sebelum berkembang.

Aku Horny Lihat Paha Mulus Dita, Adik Kandung Istri ku


Gubraaaakk..!!! Bunyi pintu dibanting mengagetkan kami (aku dan istriku yang sedang bertempur) di sore yang tenang .

“Huuh…ganggu orang aja…”! kataku kesal.
“Paling si Dita pah…!” sahut istriku sambil memakai daster.
Jadi loyo deh si junior….runtukku dalam hati. Untung mertuaku lagi keluar kota jenguk sodaranya yang lagi sakit.

Cerita Hot Terpanas 2015 | Itulah serba-serbi kehidupan kami di rumah ini. Kami adalah keluarga besar, semenjak menikahi istriku 2 tahun yang lalu aku memang numpang dirumah mertua. Di rumah ini ada juga mertua perempuan janda 50 tahun, adik istriku-Dita 22 tahun.

Sedangkan aku Rudi 29 tahun dan istriku Maya 27 tahun. Sedangkan ayah mertuaku sudah meninggal setahun yang lalu. Kami belum dikaruniai anak walaupun sudah 2 tahun menikah. Maklum sama-sama sibuk kerja dan ngejar karir.

“Ada apa Dit?”, “Ribut lagi sama Robby ?” Tanya istriku.
“Pulang malming kok marah-marah gitu?” lanjut
“Iya Mbak ….lagian si Robby ngeledek terus.”jawab Dita sambil tiduran telungkup di kamarnya yang bersebelahan dengan kamarku.
“Ngatain jerawat lagi?” lanjut istriku
“Iya Mbak di depan mamanya lagi… aku kan jadi kesel!” jawabnya sambil sesunggukkan.
“Katanya kok beda sama kakak kamu yang mukanya mulus..!” lanjut Dita.
“Hmmmm….ntar deh kamu Mbak kasih tau rahasianya!”
kata istriku sambil ngelus-ngelus rambut Dita dan matanya menggerling nakal kepadaku.

Aku yang berdiri di pintu kamar Dita hanya bisa melongo…sambil horny liat sepasang paha Dita yang pake rok mini berbaring telungkup hingga keliatan CD ungu nya. Sedikit gambaran mengenai Dita: 165cm, 55kg, cup 34B, putih, rambut panjang bergelombang. Sedangkan Maya 168cm, 50kg, cup 34B, putih, rambut lurus panjang.

“Janji yah Mbak…!” kata Dita manja.
“OK nona manis..jangan ngambek lagi yah!” sahut istriku.
“Kita lagi enak-enakkan jadi keganggu deh…gagal maning deh!” kataku sambil ngeloyor ke kamar mandi. Kulihat disudut mata Maya melotot ke arahku.

Malamnya aku coba pancing-pancing istriku, maklum tadi sore ngegantung.
“Tunggu pah…si Dita blom tidur tuh!”
sambil matanya nunjuk Dita yang lagi nonton tv.
“Udah ga tahan yah mas Rudi…?”
Tanya Dita nengok ke arahku sambil senyum-senyum.
“Bay de wey….Mbak Maya kan janji mau ngasih tau rahasia kulit muka Mbak yang halus itu. Soalnya dulu khan Mbak Maya jerawatan juga..!” cerocos Dita.

“Oooh itu…justru ini juga Mbak Maya mau perawatan muka alias facial!” kata Maya.
“Udah deh kamu tunggu disitu…ntar Mbak bawain obat facialnya..Ayo mas aku juga dah ga tahan?” sambil berdiri dan menarik tanganku ke kamar.
“Jangan nguping ya..apalagi ngintip!” kataku ke Dita.
“Sip Mas…!” sahut Dita

Ga perlu diceritain proses pertempuran kelamin kami. Biasanya menjelang ejakulasi aku cabut kontolku dan kukocok cepat dan disembur dimuka istriku (hhmm…mungkin ini penyebab kami belum punya anak). Aku sih oke-oke aja selama Maya puas dan akupun puas.

“Pah…tolong panggilin Dita!” kata istriku.
“Hah..??” ga malu emang?”
kamu kan belepotan gitu?”tanyaku.

Cerita Seks Selingkuh Sama Tyas, Adik Iparku Penuh Nafsu


Kisah ini bisa dibilang memalukan sekaligus menyenangkan dalam hidupku yaiut aku selingkuh dengan adik iparku, awal cerita begini saat aku punya gratisan untuk telpon mumpung ada promo aku pergunaka untuk telpon saudaraku yang dirumah.

'Halo', kataku menyambut telepon.

'Oh, kakak!!, Mbak Bisma mana kak', suara diseberang menyahut.

'Tyas??, kapan balik ke Jakarta, mbakmu lagi piket, telepon aja ke HP-nya deh, sahutku sambil bertanya. 'Gak usah deh kak, sampaiin aja kalo aku pertengahan juni mo balik, aku kangen banget deh' jawabnya lagi.

'Oke, deh ntar aku sampaikan, take care ya' jawabku datar dan menutup telepon.

Kemudian ingatanku melayang beberapa tahun lalu, dimana saat itu dia banyak problem,.. cowok, drug, bahkan sempat pula berurusan dengan pihak berwajib karena tertangkap tangan atas kepemilikan Narkoba.

Atas saranku Tyas, adik kandung Bisma ke Jakarta dan sekarang telah bekerja di Singapura untuk memulai sesuatu yang baru.

Tyas 30 th, seperti juga saudaranya berwajah cantik, kulitnya bersih, mata lebar, hidung mancung, rambut berombak di ujung dengan postur tubuh proporsional. Karena obsesi untuk mDhikari dan sifatnya yang keras kepala itulah dia terperosok dalam problem berkepanjangan.

Tyas sebelumnya tinggal di Surabaya, disana dia bekerja sebagai penyanyi. Dari pekerjaannya itulah (yang sebenernya tidak kami sukai) Tyas sempat ditahan polisi 1 malam karena narkoba, sebelum kami datang-dipanggil untuk memberi keterangan.

Sejak peristiwa ditahannya Tyas 3 tahun lalu, Tyas sering telepon aku dan bercerita tentang keadaannya, teman lelakinya dan biasanya cukup lama, minimal 30 menit. Tyas lebih dekat denganku dan sering 'curhat' daripada kakaknya.

Dalam setiap pembicaraan, Bisma selalu memberi tanda agar aku 'merayu' Tyas untuk pindah ke Jakarta dan mencari pekerjaan di sini. Bisma tau kedekatan kami itu, bahkan mendorong untuk dapat mengontrolnya melalui aku, karena sejak kecil Tyas memang susah nurut dan bandel.

Awalnya aku hanya menganggapnya sebagai tanggung jawab seorang kakak terhadap adik, sebelum terjadi 'sesuatu' yang tidak semestinya kami lakukan.

Awal maret 2014, Tyas telepon memintaku untuk menjemputnya di stasiun Gambir, Bisma sangat gembira dengan berita itu dan segera mempersiapkan kamar untuknya. 13 maret 2000 aku jemput Tyas sendiri, karena anak bungsuku sakit, dan kami duga demam berdarah. Tyas datang sendirian, padahal rencananya bersama Hendry 'cowoknya' yang keturunan.

'Kok, sendirian kak??' mana ponakan2ku, tanya Tyas saat aku sambut barang2 bawaannya.

'Dhika lagi sakit, kayanya demam berdarah deh, terpaksa diisolasi dari sodaranya' jawabku ngeloyor menuju mobil. Sambil merokok dan berlari kecil Tyas mengikuti aku, 'Kesian yah, aku kangen ama mereka' katanya.

'Kak, tau nggak knapa aku kesini?? tanyanya di mobil.

'Yah, kamu mau refreshing, kamu udah sadar dan mau kerja yang sesuai ama ijazahmu, khan?' jawabku sekenanya.

'Yang lain donk' komentarnya manja.

'Apa yaa, paling putus atau mo lari dari cowokmu, hahahaha' aku tertawa geli karena pinggangku digelitiknya.

'Sekarang bulan apa kak?'

'Maret' jawabku sambil terus nyetir

'Bulan maret ada apa ya??' Tyas mengerling, tangannya meremas tanganku saat di persneling..

'Tyas,.. Apaan sih', kataku berusaha menepis tangannya yang kemudian bergerak mau gelitiki aku lagi. Tanganku ditangkapnya, digenggam kemudian dicium sambil bertanya manja 'Kakak sayang Tyas nggak sih?'

'Tyas.. aku kakakmu, aku sayang kamu seperti Bisma menyayangimu' kataku jengah dan menarik tangan .

'Kak,.. aku sayang dan mengagumi Kak rizky, lebih dari itu.., aku sayang ama kakak, karena bisa ngertiin aku, pahami aku, bisa ngemanjain aku dan..tau nggak, aku bisa orgasme kalo lagi teleponan ama kakak'..katanya sambil meraih tanganku lagi.

Blogger Wordpress Gadgets